Herbisida juga dikenal sebagai weedkillers, adalah pestisida yang digunakan untuk membunuh tanaman yang tidak diinginkan. [1] herbisida selektif membunuh target tertentu, sementara meninggalkan tanaman yang diinginkan relatif terluka.Beberapa tindakan tersebut dengan mengganggu pertumbuhan gulma dan sering meniru sintetis hormon tumbuhan alami.
1 Tujuan a. Menjadi acuan pelaksanaan teknis pengelolaan bahan kimia bagi unit kerja yang terlibat dalam pengelolaan bahan kimia. b. Mencegah/menekan sekecil mungkin terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran, keracunan, peledakan, penyakit akibat kerja, tumpahan dan ceceran dan hal-hal lain yang dapat merugikan perusahaan, karyawan,
PTDian Swastatika Sentosa Tbk (Perseroan) merupakan perseroan terbatas yang didirikan pada tahun 1996 berdasarkan hukum Republik Indonesia dan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Nomor 6 tanggal 2 Agustus 1996. Perseroan yang berdomisili di Jakarta Pusat, berkantor pusat di Sinar Mas Land Plaza, Tower 2, Lantai 24, Jln. MH Thamrin No 51,
Janganmenggunakan pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu. Baca etiketnya : Nomor ijinnya, Peruntukannya, Kode produksi, Tanggal produksi, Tanggal kadaluarsa, Nama dan alamat pembuat. Pestisida yang diijinkan dan beredar di Indonesia ialah yang etiketnya ditulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia. 3. 3.
RawajituUtara, 25 Maret 2020. Sekolah Lapangan Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP) melaksanakan Demonstrasi Cara pembiakan agen pengendali hayati Paenibacillus polymixa.. Penggunaan agen pengendali hayati dalam mengendalikan OPT semakin berkembang, karena cara ini lebih unggul dibanding
xeByEs7. – Banyaknya jenis produk pestisida dan ZPT Zat Pengatur Tumbuh dipasaran, seperti produk insektisida, herbisida, fungisida dan jenis pestisida lainnya dengan tentunya merek dagang yang berbeda-beda, hal ini mempermudah kita untuk memilah dan memilih pestisida mana yang tepat untuk digunakan sesuai sasarannya. Jika diperhatikan, produk-produk pestisida dan zpt yang beredar di toko-toko pertanian, terdapat berbagai macam formulasi yang ditulis dengan kode tertentu berupa singkatan huruf kapital seperti EC, SC, SL, WP,GR, WG, dan lain-lain. Setiap bahan aktif pestisida memiliki daya larut yang bermacam-macam. Karakteristik daya larut dan target pasar adalah hal yang menjadi pertimbangan perusahaan produsen pestisida dalam memformulasikan suatu bahan aktif menjadai produk jadi yang siap dipasarkan. Setiap jenis formulasi suatu produk mempengaruhi cara aplikasinya dan juga mempengaruhi tata cara teknik pencampuran pestisida. Simak juga Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Akibat Keracunan Pestisida Ada suatu produk dengan merk dagang yang sama yang diproduksi satu perusahaan, dijual dengan formulasi yang berbeda, contohnya Regent 50 SC, Regent 80 WG dan Regent 0,3 GR. Karena formulasinya berbeda, tentu cara aplikasinya pun juga berbeda. Didalam kemasan produk pestisida atau produk ZPT biasanya terdapat nama bahan aktif yang terkandung didalamnya dan selain dari itu terdapat juga kode-kode tertentu yang ada didalam merek kemasan seperti contohnya Confidor 3 GR pada Furadan 400 SL pada Manuver 2,5 EC pada Decis dan kode lainnya. Secara garis besar, formulasi pestisida dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu Formulasi cair dan Formulsi Padat. Untuk bisa memahami berbagai macam formulasi pestisida, perlu diketahui beberapa istilah kimia berikut ini Solution/Larutan Suatu larutan dihasilkan bila suatu benda dilarutkan dalam cairan. Komponen pembentuk larutan tidak bisa dipisahkan secara mekanis. Setelah larutan terbentuk dengan cara diaduk, komponennya tidak akan memisah, tidak perlu pengadukan lagi agar tetap menjadi larutan. Contoh yang biasa kita jumpai adalah memasukan gula ke dalam air, kemudian diaduk, maka akan menjadi suatu larutan. Suspension/Suspensi Suspensi merupakan campuran yang mudah dipisahkan, di dalamnya terdapat partikel padat yang menyebar dalam cairan. Partikel padat tersebut tidak bisa terlarut, sehingga perlu pengadukan yang terus-menerus supaya partikel itu menyebar merata dalam cairan. Maka dari itu, terkadang produk pestisida yang formulasinya berbentuk suspensi, tertulis dalam kemasanya “kocok sebelum digunakan”. Emultion/Emulsi Emulsi terjadi jika suatu cairan yang berbentuk droplet/butiran ter-dispersi/menyebar dalam larutan lainnya. Tidak perlu pengadukan yang terlalu lama supaya emulsi tidak memisah. Pestisida berbentuk emulsi, bahan aktifnya di larutkan dulu dengan pelarut berbasis minyak, kemudian ditambah dengan pengemulsi, sehingga ketika dicampur dengan air untuk disemprotkan akan terbentuk emulsi. Formulasi emultion biasanya terlihat seperti cairan “susu”. Formulasi suspension biasanya terlihat “keruh/buram” Formulasi solution biasanya terlihat “transparan” Secara ringkas nama formulasi dan singkatannya adalah sebagai berikut 1. Formulasi Pestisida Bentuk Cair EC Emulsifiable Concentrate adalah formulasi berbentuk pekatan yang dapat diemulsikan. Kandungan bahan aktif dalam pestisida atau ZPT jenis ini hanya larut di dalam minyak, agar mudah digunakan, pestisida ditambahkan bahan emulsi pencampur minyak oleh produsen, dengan demikian bahan aktif yang hanya larut dalam minyak dapat larut juga di dalam air, membentuk larutan seperti susu saat dicampur dengan air, bersifat stabil saat dicampur air, sehingga tidak perlu diaduk terus menerus selama pemakaian. Contoh produk CRIPTAN 250 EC, CRONUS 18 EC , CROSS 100 EC, CROWEN 113 EC dan lain sebagainya. SC Suspension Concentrate dan WSC Water Soluble Concentrate Formulasi SC dan WSC mirip dengan EC, tapi menggunakan solvent berbasis air, jadi jika dicampur dengan air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk suspensi. Formulasi ini diaplikasikan dengan cara disemprotkan menggunakan alat sprayer. Contoh produk SC CULTAR 250 SC, ENTIBLU 450/100 SC, ZAMPRO 525 SC dan lain sebagainya. Contoh produk WSC Manuver 400 WSC, Agrogibb 40 WSC. SL Soluble Liquid dan L Liquid adalah formulasi berbentuk pekatan yang bisa larut dalam air, jika dicampur dengan air akan membentuk larutan. Cara aplikasinya dengan cara disemprotkan. Contoh produk Spontan 400 SL, CRASH 160 SL, SISTEMIK 240 SL, SOFFELL 130 SL, dll. Tidak seperti formulasi EC yang jika dituangkan ke dalam air, maka air akan menjadi “putih keruh” seperti “cairan susu”, sedangkan formulasi SL jika dituangkan ke dalam air akan larut, terlihat “transparan”tidak ada perubahan yang mencolok pada air tersebut. Di kalangan petani, ada perasaan kurang “mantap” jika larutan semprot tidak “putih-keruh”. AS Aquaeous Solution dan AC Aquaeous Concentrate AS dan AC merupakan larutan pekat yang dapat dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasikan dalam bentuk AS dan AC umumnya berupa pestisida berbahan aktif dalam bentuk garam yang memiliki kelarutan tinggi di dalam air. Cara aplikasinya dengan cara disemprotkan. Contoh produk Agrifos 400 AS. F Flowable, FW Flowable in Water dan FS Flowable Suspension Formulasi F, FS atau FW merupakan konsentrat cair yang sangat pekat mendekati seperti pasta, tapi masih bisa dituangkan. Jika dicampur air, akan membentuk suspensi partikel padat yang melayang dalam media cair . Karena bentuknya seperti pasta, memerlukan pengadukan yang terus-menerus supaya tidak mengendap. Jika sudah tersimpan terlalu lama, produk pestisida formulasi F kemungkinan akan memadat. Contoh produk PRONTO 600 FS. 2. Formulasi Pestisida Bentuk Padat D Dust adalah formulasi berbentuk debu/tepung yang siap pakai, dalam aplikasinya tidak perlu dicampur dengan air. Ukuran partikelnya sangat kecil 10-30 mikron dengan konsentrasi bahan aktif rendah sekitar 2%. Cara aplikasinya dengan dihembuskan dusting dengan alat tertentu. Contoh produk PARIGEN 0,5 D. GR Granula adalah formulasi berbentuk butiran padat dengan ukuran seragam. GR umumnya merupakan produk yang siap pakai dengan cara ditaburkan. Kandungan bahan aktifnya relatif rendah sekitar 3%. Contoh produk Furadan 3 GR, SOFATAN 3 GR, dll. Umpan Bait, B atau Ready Mix Bait RB atau RMB , Merupakan bentuk sediaan yang banyak digunakan dalam formulasi rodentisida untuk mengendalikan binatang besar tikus, babi hutan, tupai. Formulasi RB/RMB siap guna telah dicampur dengan pakan sedangkan formulasi B harus dicampur sendiri oleh penggunanya misalnya dengan beras. Contoh produknya COPTON 0,5 RB. BB Block Bait adalah formulasi berbentuk blok berupa umpan siap pakai. Contoh produknya yaitu KLERAT 0,005 BB, KRESNAKUM 0,005 BB, CONTRAC 0,005 BB, dll. WG, WDG Water Dispersible Granule dan SG Soluble Granule Formulasi WG dan WDG ini berbentuk butiran berbentuk butiran halus micro granule seperti formulasi G, namun kandungan bahan aktifnya relatif lebih tinggi dan dalam penggunaannya harus diencerkan terlebih dahulu dengan air, diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Sedangkan formulasi SG bedanya jika dicampur dengan air akan membentuk larutan sempurna. Bersifat kurang stabil mudah mengendap, sehingga harus sering diaduk/dikocok secara teratur pada saat pemakaian. Contoh produk GARDENER 68 WG, WIN 20 WG, ZEERON 20 WG, SOYATIP 67 WG, Ally 20 WDG, dll Sedangkan formulasi SG bedanya jika dicampur dengan air akan membentuk larutan sempurna. Contoh produk Proclaim 5 SG, dll. WP Werrable Powder adalah formulasi berbentuk tepung dengan ukuran partikel sangat kecil satuan mikron dan mengandung bahan aktif yang relatif tinggi hingga 80%. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan, jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi, dan perlu pengadukan yang lebih lama supaya dapat tercampur dengan air. Contoh produk CONFIDOR 5 WP, AVIDOR 25 WP, APPLAUD 10 WP, ANTRACOL 70 WP dan lain-lain. SP Soluble Powder adalah formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur dengan air akan membentuk larutan homogen. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Contoh produk ZIDAN 50 SP, PROTHENE 75 SP, dll. SD Seed Dressing merupakan formulasi khusus berbentuk tepung yang digunakan dalam perawatan benih. Contoh produk Saromyl 35 SD. 3. Formulasi Khusus MC yaitu formulasi padatan lingkar, contohnya yaitu ZEBRA 0,30 MC, artinya memiliki kandungan bahan aktif esbiotrin sebesar 0,30%. Ada juga COWBRAND 0,30 MC, dll. PA Pasta adalah formulasi berbentuk pasta. Contoh produk CP 150 PA, PROTHEPHON 10 PA, dll. LT adalah formulasi berbentuk losion. Contoh produk SLEEK ANTI MOSQUITO 12,5 LT, SOFFELL 13 LT, dll. CS Capsulated Suspension adalah formulasi berbentuk mikro kapsul dalam pekatan yang dapat disuspensikan. Contoh produknya yakni DEMAND 100 CS, dll. OD adalah formulasi berbentuk larutan dalam minyak. Contoh produknya CORNELIA 265/35 OD, dll. DF adalah formulasi berbentuk butiran yang dapat didispersikan dalam air. Contoh produk SPADA 60 DF, dll. TB Tablet adalah formulasi dalam bentuk tablet. Contohnya yaitu KINGPHOS 56 TB, HELLIPHOS 56 TB, HARVESTPHOS 56 TB, GIBGRO 20 TB, GIBBERSIPP 20 TB, GAPLUS 20 TB, dll. ULV Ultra Low Volume adalah formulasi berbentuk cair, bahan aktif yang dikandung sangat tinggi, dirancang untuk penyemprotan dengan menggunakan alat khusus dan tanpa dilarutkan dengan air lagi. LV, pestisida rumah tangga racun pernafasan berbentuk larutan yang dapat diuapkan. Contoh produknya BAYGON 13 LV, SIRMUK 7 LV, dll Simak juga Arti Simbol, Warna dan Kalimat Peringatan Bahaya pada Label Pestisida Demikian informasi tentang Arti Kode SL, EC, WP, SP, GR, TB, MC pada Kemasan Pestisida dan ZPT, semoga bisa memberikan manfaat bagi kita semua. Kritik dan saran, serta penambahan informasi sangat kami harapkan, silahkan hubungi kami via email ke
Mengenal Kode Cara Kerja PestisidaPestisida menjadi salah satu bahan kimia yang umum digunakan, khususnya pada bidang pertanian untuk memberantas hama serta penyakit tanaman. Namun, jika Sobat menggunakan pestisida secara tidak bijaksana, maka akan menimbulkan dampak negatif. Untuk menghindari hal itu, Sobat harus mengetahui kode cara kerja pestisida supaya dapat mengatur penggunaan pestisida dengan saat ini, rotasi penggunaan pestisida hanya berdasarkan pada bahan aktif berbeda. Tetapi, Insecticide Resistance Action Committee IRAC serta Fungicide Resistance Action Commite FRAC memerintahkan supaya rotasi itu dapat dilakukan dengan cara kerja berbeda. Sebab, ada beberapa bahan aktif berbeda dapat bekerja secara sebab itu, IRAC serta FRAC memberikan kode cara kerja pestisida untuk mempermudah penerapan pergiliran oleh para bawah ini akan dijelaskan beberapa kode cara kerja pestisida yang sudah dikelompokkan oleh IRAC dan FRAC, serta dianjurkan Komisi Pestisida Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengendalikan OPT Organisme Pengganggu Tumbuhan pada tanaman palawija dan dan kode Cara Kerja Pestisida Secara LengkapPestisida memiliki banyak sekali jenis sesuai dengan hama yang akan diberantas. Khusus hama tumbuhan, jenis pestisida terdiri dari Insektisida, Akarisida, Fungisida serta ini merupakan beberapa cara kerja beserta kode cara kerja pestisida lengkap yang wajib Anda ketahui, yaituKode Cara Kerja Insektisida dan AkarisidaJenis Insektisida dan Akarisida memiliki beberapa kode cara kerja pestisida sesuai golongannya masing-masing, diantaranya1. Karbamat dan OrganofosfatKode cara kerja pestisida dari Karbamat adalah 1 A, sementara Organofosfat yaitu 1 B. Sementara bahan aktif yang terkandung dalam Karbamat terdiri dari Alankarb, Bendiokarb, Karbaril, Etiofenkarb, Formetanat dan lainnya. Lalu, bahan aktif yang ada dalam Organofosfat sangat banyak, beberapa diantaranya Asefat, Kadusafos, Fention, Vamidotion, Foksim, Naled dan masih banyak cara kerja Karbamat dan Organosfofat ialah untuk menghambat AChe acetylcholinesterase yang dapat menyebabkan hyperexcitation. AChe sendiri merupakan enzim yang dapat mengakhiri aksi rangsang neurotransmiter asetilkoin terhadap sinapsis Siklodin Organoklorin dan FenilfirazolSiklodin Organoklorin memiliki kode cara kerja pestisida 2 A, sedangkan Fenilfirazon kode cara kerjanya adalah 2 bahan aktif dari Siklodin Organoklorin adalah Klordan dan Endosulfan. Lalu untuk Fenilfirazol, nama bahan aktif yang terkandung didalamnya adalah Etiprol serta cara kerja keduanya adalah sama, yaitu memblokir saluran klorida aktivasi GABA yang dapat menyebabkan hyperexcitation serta Piretroid dan Piretrin serta DDT dan MetoksiklorPiretroid dan Piretrin memiliki bahan aktif Acrinatrin, d-trans Alletrin, Bioresmetrin, Sipermetrin, Resmetrin dan masih banyak lagi. Sementara bahan aktif dalam DDT dan Metoksiklor adalah DDT kode cara kerja pestisida golongan Piretroid dan Piretrin adalah 3 A, sedangkan DDT dan Metoksiklor yakni 3 B. Keduanya memiliki cara kerja sama, yaitu dapat membuat saluran natrium tetap terbuka. Namun, dalam beberapa kasus, hal ini dapat mengakibatkan reaksi berlebihan oleh Neonikotinoid dan NikotinNeonikotinoid memiliki kode cara kerja 4 A, sementara Nikotin adalah 4 B. Untuk bahan aktif Neonikotinoid terdiri dari Asetamiprid, Dinotefuran, Klotianidin, Tiakloprid, Nitenpiram, Imidakloprid serta Tiametoxam. Lalu untuk bahan aktif Nikotin bernama Nikotin kedua cara kerja dari Neonikotinoid serta Nikotin adalah dapat meniru tindakan agonis asetilkolin pada nAChRs, sehingga menyebabkan SpinosinKode cara kerja pestisida dari Spinosin adalah 5. Lalu, untuk bahan aktifnya sendiri terdiri dari Spinosad dan Spinetoram. Sementara cara kerjanya yaitu Allostericallu dapat mengaktifkan nAChRs yang menyebabkan hyperexcitation dari sistem Fosfin dan SianidaFosfin memiliki kode cara kerja 24 A dengan bahan aktif Aluminium Fosfid, Kalsium fosfid, Zinc fosfid, serta Fosfine. Sementara Sianida kode cara kerjanya adalah 24 B dengan bahan aktif bernama Sianida. Adapun cara kerja kedua golongan ini adalah menghambat transfor elektron pada mitokondria, sehingga dapat mencegah pemanfaatan energi yang terdapat dalam Cara Kerja Fungisida dan BakterisidaJenis Fungisida dan Bakterisida memiliki beberapa golongan dengan kode cara kerja pestisida masing-masing, yaitu1. Inorganik, Inorganik, Ditio-Karbamat, Ftalimid, Kloronitril Ftalonitri, Sulfamid, Guanidin, Triazin dan Quinon AntraquinonGolongan dari jenis Fungisida dan Bakterisida ini memiliki kode cara kerja dari M 1 sampai M 9 dengan bahan aktif berbeda, diantaranyaInorganik M1 = Kopper different saltsInorganik M2 = SulfurDitio-Karbamat M3 = Ferbam, Ziram, Mankozeb, Zineb, Maneb, Tiram, Metiram dan PropinebFtalimid M4 = Kaptan, Folpet dan KaptafolKloronitril Ftalonitril M5 = KlorotalonilSulfamid M6 = Diklofluanid dan TolifluanidGuanidin M7 = Guazatin dan IminoktadinTriazin M8 = AnilazinQuinon Antraquinon M9 = DitianonAdapun cara kerja dari kode M1-M9 adalah memiliki kontak pada banyak target, memiliki aktivitas kontak bahan aktif fungisida terhadap banyak target. Selain itu, umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida yang memiliki risiko rendah tanpa ada tanda-tanda resistensi. Dengan kata lain, tidak ada resistensi silang antara anggota kelompok M1 sampai Benzimidazol serta TiofanatKedua golongan ini memiliki kode cara kerja pestisida 1 dengan bahan aktif berbeda. Benzimidazol memiliki kandungan bahan aktif Benomil, Tiabendazol, Karbendazim serta Fuberidazol. Sementara bahan aktif yang ada dalam Tiofanat adalah Tiofanat-metil serta cara kerjanya sendiri adalah sama, yaitu menganggu mitosis dan pembelahan sel, resistensi pada beberapa spesies jamur, serta memiliki resistensi silang dengan kelompok yang sama, tetapi tidak memiliki resistensi silang pada N-Fenil DikarboksimidDikarboksimid memiliki kandungan bahan aktif Iprodion, Klozolinat, Vinklozolin serta Prosimidon. Sementara kode cara kerja Dikarboksimid adalah 2. Kemudian, cara kerja dari Dikarboksimid adalah untuk mengganggu signal transduksi enzim, transduksi sinyal, serta memiliki risiko sedang hingga tinggi untuk terjadi Piperazin, Piridin, Pirimidin, Imidazol dan TriazolKode cara kerja pestisida ini adalah 3 dengan beberapa bahan aktif berbeda, yaituPiperazin = TriforinPiridin = Pirifenoks dan PirisoksazolPirimidin = Fenarimol, NuarimolImidazol = Imazalil, Triflumizol, Okspokanazol, prokloraz, PefurazoatTriazol = Azakonazol, Bromukonazol, Bitertanol, Dinikonazol, Tetrakonazol dan cara kerja dari semua golongan ini adalah menganggu sterol biosintesis pada membran, terdapat perbedaan besar dalam spektrum aktivitas fungisida, serta mengalami resistensi pada beberapa spesies Asillalani, Oksazolidinon dan ButirolaktronAsillalani, Oksazolidin serta Butirolaktron memiliki kode cara kerja 4. Untuk bahan aktif yang terkandung dalam Asillalani adalah Benalaksil, Furalaksil, Benalaksil-M =Kiralaksil, Metalaksil-M =Mefenoksam serta bahan aktif dalam Oksazolidinon adalah Oksadiksil, lalu Butirolaktron adalah Ofurase. Adapun cara kerjanya adalah menganggu sintesis asam nukleat, perlawanan dan resistensi silang diketahui ada pada berbagai jenis cendawan Oomycetes namun belum ada yang tahu mekanismenya. Lalu, terdapat juga risiko tinggi untuk terjadi resistensi. Demikian informasi seputar kode cara kerja pestisida yang dapat Sobat ketahui. Masih banyak kode cara kerja lain yang bisa Sobat simak, baik itu dalam jenis Fungisida, Bakterisida, Insektisida serta Akarisida.
kode cara kerja pestisida